Ukir Prestasi Jelang HUT ke-77 Kemerdekaan RI

SHARE

Indonesia Raih Penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI)

DISKOMINFO INDRAMAYU — Dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia kembali mengukir prestasi dengan diraihnya penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi covid 19 tanpa impor (Red: swasembada beras).

Penghargaan tersebut disampaikan secara langsung oleh Direktur Jenderal IRRI, Dr. Jean Balie kepada Presiden Joko Widodo di Istana negara, Minggu (14/08/2022).

Dalam acara tersebut hadir FAO (Food Agriculture Organization) Representative untuk Indonesia dan Timor Leste Mr. Rajendra Aryal, Jajaran Menteri Kabinet Indonesia bersatu, gubernur dan bupati, Rektor IPB beserta rektor universitas lainnya, serta perwakilan petani dari seluruh asosiasi pertanian.

Dalam sambutannya Presiden Joko Widodo mengucapkan terimakasih kepada para pelaku riil di sektor pertanian, kepala daerah serta kementerian pertanian yang telah bekerja sama dengan berbagai universitas untuk melakukan riset sehingga Indonesia dapat memiliki ketahanan pangan serta memperoleh swasembada beras.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, utamanya kepada para petani Indonesia, atas kerja kerasnya tentu saja, para bupati, para gubernur, Kementerian Pertanian yang semuanya bekerja sama dengan riset-riset dari universitas-universitas, perguruan tinggi yang kita miliki. Ini adalah kerja yang terintegrasi, kerja bersama-sama, kerja gotong-royong, bukan hanya milik kementerian saja,” Tuturnya.

Presiden Joko Widodo juga menambahkan, bahwa salah satu bidang infrastruktur yang dibangun adalah sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan banyaknya bendungan, embung dan jaringan irigasi yang telah dibangun selama ini.

“Salah satu infrastruktur yang kita bangun sejak tahun 2015 adalah infrastruktur di bidang pertanian. Kita telah membangun banyak bendungan, embung, jaringan irigasi. Seingat saya, sampai hari ini telah diresmikan 29 bendungan besar dan tahun ini akan selesai lagi totalnya 38 bendungan. Dan sampai tahun 2024 akan kita selesaikan kurang lebih 61 bendungan plus embung 4.500 embung, dan 1,1 juta jaringan irigasi yang telah kita bangun selama 7 tahun ini,” tambahnya.

Menurut Jokowi, Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk peningkatan produksi beras diantaranya adalah dengan pemanfaatan varietas unggul padi, serta melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Hal tersebut terlihat dari peningkatan produksi yang dihasilkan sejak tahun 2019 hingga tahun 2022.

“Selain pemanfaatan varietas-varietas unggul padi, intensifikasi, ekstensifikasi, semua itu memberikan sebuah hasil peningkatan produksi yang kita lihat sekarang ini. Tahun 2019 kita bisa memproduksi beras 31,3 juta ton, 2020 tetap sama 31,3 juta ton, tahun 2021 juga masih tetap 31,3 juta ton. Peningkatan dan konsistensi inilah yang saya rasa dilihat oleh FAO, dilihat oleh IRRI, karena memang jumlah itu adalah jumlah yang riil. Dan penghitungan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), stok kita di lapangan jumlahnya juga di akhir bulan April 2022 tertinggi, yaitu 10,2 juta ton,”

Jokowi menambahkan, kolaborasi yang dilakukan selama ini oleh Indonesia tidak hanya semata hanya untuk memenuhi kebutuhan produksi beras dalam negeri saja melainkan kedepannya harus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

“Kita juga harus terus mendorong ini agar kita tidak hanya memproduksi yang bisa kita konsumsi oleh rakyat kita saja, tetapi nanti apabila produksinya meningkat kita juga harus mulai masuk ke pasar-pasar ekspor,” Tambahnya.

Lanjut Presiden Jokowi, perihal diversifikasi pangan Indonesia tidak hanya bergantung pada beras, melainkan juga harus memulai untuk meningkatkan produksi pada jenis-jenis bahan pangan lainnya seperti sorgum di daerah NTT serta jagung di beberapa provinsi lainnya dimana untuk impor jagung saat ini sudah mengalami penurunan sebanyak 800 ribu (ton) dibanding dengan 7 tahun sebelumnya sebesar 3,5 juta (ton). Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian besar dan diharapkan kedepannya angka tersebut terus menurun dan dalam waktu dekat sudah tidak perlu lagi impor jagung.

“Diversifikasi pangan. Hati-hati, kita tidak hanya tergantung pada beras, tetapi harus kita mulai untuk jenis-jenis bahan pangan yang lainnya. Telah kita mulai kemarin di Waingapu sorgum, NTT. Kemudian di beberapa provinsi jagung juga besar-besaran, yang dulu tujuh tahun yang lalu kita harus impor 3,5 juta ton jagung, hari ini kita hanya impor kira-kira 800 ribu (ton). Ini sebuah lompatan yang sangat besar sekali dan kita harapkan dengan terus-menerus kita konsentrasi ke sana insyaallah kita sudah tidak impor jagung lagi dalam dua-tiga tahun mendatang, seperti beras yang sudah tiga tahun kita tidak impor,” lanjutnya.

Di akhir sambutannya, Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi pangan bukan hanya untuk dalam negeri tetapi juga untuk dunia.

“Di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, sekali lagi pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi, menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri, dan sekaligus memberikan kontribusi bagi kecukupan pangan dunia,” Tegasnya.

Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar, yang juga turut hadir dalam acara tersebut mengucapkan selamat atas pencapaian yang diterima oleh pemerintah Indonesia serta menyatakan kesiapannya untuk mendorong peningkatan produksi beras nasional melalui peningkatan produksi beras yang ada di Kabupaten Indramayu.

“Saya sebagai salah satu kepala daerah yang hadir merasa bangga dapat menjadi bagian dari acara tersebut. Saya juga mengucapkan selamat atas pencapaian Indonesia dibawah kepemimpinan Pak Presiden Joko Widodo dengan diraihnya penghargaan dari IRRI serta siap mendorong peningkatan produksi beras nasional dengan peningkatan produksi beras di Indramayu,” pungkasnya. (Fikri/MTQ—Tim Publikasi Diskominfo Indramayu)