Ragam Makna Tradisi Ngarot Lelea Indramayu
DISKOMINFO INDRAMAYU – Ribuan pasang mata manusia dari dalam dan luar daerah Kabupaten Indramayu memfokuskan diri pandangannya menyaksikan Tradisi Adat Ngarot di Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu, Rabu (18/12/2019).
Tradisi khas Kota Mangga Indramayu itu sudah rutin dilaksanakan setiap akhir tahun minggu ke tiga di Bulan Desember tepatnya Hari Rabu yang dipercaya masyarakat setempat sebagai hari yang dikeramatkan.
“Semenjak dahulu memang Adat Ngarot dimulai setiap hari rabu, itu juga jangan sampai rabu keliwon. Apabila rabu keliwon kejadian tak terduga bisa terjadi seperti tawuran atau penghambat lainnya,” kata Marsudi masyarakat setempat saat berbincang-bincang.
Tradisi Adat Ngarot memiliki kandungan makna sebagai ungkapan rasa syukur sejumlah petani kepada sang maha kuasa atas limpahan hasil panen padi yang di dapatkannya. Sekaligus menyambut kedatangan musim tanam baru yang diharapkannya hasil bertani melimpah dan dijauhi dari masalah dan bencana.
“Ungakapan kepada Allah SWT atas hasil padi yang didapat dan juga menyambut masa bercocok tanam padi musim penghujan,” tambahnya.
Waktu pagi itu sepanjang kanan dan kiri jalan Desa Lelea moment yang ditunggu-tunggu sejumlah pengunjung tatkala sirna. Ketika puluhan Gadis Ngarot berpakaian khas tradisional dan hiasan warna-warni bunga di kepala sang Gadis Ngarot yang menawan diarak di tengah kerumunan orang.
Selain Gadis Ngarot juga adanya jejaka berbaju pangsi ikut dalam arak-arakan menuju Balai Desa Lelea untuk melaksanakan upacara Adat Ngarot yang didalamnya dilakuan ritual dan doa.
Tatanan musik gamelan dan lengkingan vokal sinden siang kala itu merasa suasana kian sakral. Ditambah aroma mewangi bunga kenanga menghanatrkan mitos bahwa bunga yang menghiasi kepala sang Gadis Ngarot itu konon akan layu apabila sang gadis tidak gadis lagi ketika prosesi ritual dan doa berlangsung.
“Dahulu-dahulu memang seperti itu bunga diatas kepala sang Gadis Ngarot akan layu apabila sudah tidak gadis lagi. Tetapi makna logisnya sebagai simbol agar sang gadis patut menjaga tanda kehormatannya,” ungkapnya.
Sesaat musik gamelan berhenti sejenak Kepala Desa Lelea Raidi mengatakan, Adat Ngarot patut untuk terus dilestarikan sebagaimana amanat leluluhur Desa Lelea.
“Mari bersama-sama membangun terus Adat Ngarot sebagai peninggalan budaya leluhur masyarakat Desa Lelea untuk lestari seterusnya,” katanya di depan Gadis Ngarot dan Jejaka yang duduk saling berhadapan di Balai Desa Lelea Indramayu.
Berakhir pada puncak acara Adat Ngarot sejumlah Gadis Ngarot dan Jejaka lakukan prosesi kasinoman yang bermakna para Gadis Ngarot dituntut untuk pandai bercocok tanam padi dan Jejaka dituntut pandai mencangkul sawah.
Sehingga pemuda dan pemudi di Desa Lelea untuk pandai bertani dan bekerja dengan bergotong royong membangun kepedulian yang di tinggalkan nenek moyangnya dahulu. (M.Toyib/Diskominfo Indramayu)